Universitas Djuanda

UNIVERSITAS DJUANDA

Bogor
  • Enter Slide 1 Title Here

    This is slide 1 description. You can replace this with your own words. Blogger template by PremiumBloggerTemplates.com...

  • Enter Slide 2 Title Here

    This is slide 2 description. You can replace this with your own words. Blogger template by PremiumBloggerTemplates.com...

  • Enter Slide 3 Title Here

    This is slide 3 description. You can replace this with your own words. Blogger template by PremiumBloggerTemplates.com...

Wednesday, 24 January 2018

January 24, 2018 Posted by Hesty Wahyu No comments
Para guru mungkin sudah mengenal dengan yang namanya PowerPoint dan Adobe Flash. Kedua software tersebut menurut saya juga bagus untuk membuat media pembelajaran. Tetapi diciptakannya PowerPoint sebenarnya untuk presentasi, bukan untuk membuat media pembelajaran. Meskipun dengan segala macam cara PowerPoint dapat digunakan untuk membuat media pembelajaran yang menarik. Sedangkan Adobe Flash merupakan software dari Adobe yang dibuat untuk keperluan untuk membuat animasi, dan bukan semata untuk membuat media pembelajaran. Dengan Adobe Flash, kita dapat membuat media pembelajaran secara bebas, dengan berbagai macam desain yang diinginkan tanpa batasan-batasan tertentu.
Untuk Lectora, dari awal software ini diciptakan memang untuk kebutuhan e-learning. Lectora dapat digunakan untuk kebutuhan pembelajaran baik secara online maupun offline yang dapat dibuat dengan cepat dan mudah. Lectora dapat digunakan untuk menggabungkan flash, merekam video, menggabungkan gambar, dan screen capture.
Dengan sekali install Lectora (sekitar 800 Mb) kita juga dapat menginstall software-software berikut.
1. Flypaper
Flypaper digunakan untuk menggabungkan gambar, video, flash, animasi transisi, game  memory dll. Software ini dapat mengasilkan file dalam bentuk swf sehingga dapat dengan mudah diintegrasikan dengan Lectora secara mudah.
2. Camtasia
Anda mungkin sudah cukup familiar dengan software ini. Camtasia digunakan untuk merekam langkah-langkah yang kita lakukan di layar monitor. Software ini juga dapat digunakan untuk mengedit video dan dapat dipublish menjadi standar format-format video.
3. Snagit
Snagit dapat digunakan untuk mengcapture layar monitor kita. Ini merupakan teknologi print screen. Biasanya kalau kita mengcapture image harus dimasukkan terlebih dahulu ke Paint. Nah, Snagit  ini merupakan software pengganti Paint jika Anda sudah menginstallnya. Lebih jauh lagi, Snagit dapat digunakan untuk menggabungkan beberapa gambar menjadi satu dan dapat dipublish dalam berbagai bentuk file gambar.
Jika Anda memiliki kesulitan dalam mendesain media pembelajaran, maka Lectora menyediakan template yang sudah ada, dan kita tinggal memasukkan materi pembelajaran. Kecuali itu di dalam Library Lectora sudah terdapat banyak gambar, animasi, karakter animasi yang dapat kita gunakan secara langsung.
Bagi Anda yang sulit memasukkan rumus-rumus Matematika, Fisika, Kimia dll, di dalam Lectora sudah terdapat Equation Editor yang dapat kita gunakan secara langsung. Equation Editor memudahkan guru-guru eksak untuk memasukkan rumus-rumus dan juga membaut evaluasi. Dengan Lectora kita juga dapat membuat evaluasi lebih mudah dan menarik (dibandingkan Flash dan PowerPoint). Jenis-jenis evaluasi yang dapat kita buat diantaranya:
1. Pilihan Ganda
2. Benar/Salah
3. Menjodohkan
4. Uraian Singkat
5. Drag and Drop
6. Hot Spot
7. Essay
8. Fill in Blank
Software ini dapat dipublish dalam bentuk SCORM(standar LMS), Exe, HTML dll. Sungguh software ini menurut saya lengkap dan bisa banyak bermanfaat untuk guru untuk membuat Media Pembelajaran.
Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk Anda. Sekiranya Anda membutuhkan informasi yang lebih mengenai software ini ataupun untuk keperluan pelatihan.

sumber : istiyanto.com

January 24, 2018 Posted by Hesty Wahyu 1 comment
Bagi Anda yang senang memelihara binatang termasuk kucing tentu bukan hal yang sulit dilakukan. Pastinya Anda akan melakukan cara merawat anak kucing yang masih kecil dengan senang hati tanpa merasa dibebani sedikit pun. Seperti kita ketahui, kucing bukanlah hewan yang menjijikkan justru kucing termasuk hewan yang sangat lucu yang banyak dipelihara oleh setiap pecinta binatang khususnya binatang yang satu ini. Nah, bagi Anda yang memiliki anak kucing di rumah ada beberapa cara mudah merawat anak kucing seperti berikut ini:
1. Bersihkan Kotoran Disekitar Matanya
Biasanya anak kucing seringkali tidur, waktunya sebagian besar dihabiskan hanya untuk tidur. Maka hal yang wajar jika Anda sering menjumpai kotoran di area matanya. Nah, tugas Anda sekarang melakukan mulai dari hal kecil saja terlebih dahulu yaitu dengan membersihkan kotoran di area matanya secara perlahan ketika anak kucing terbangun. Cukup dengan mencelupkan kapas pada air hangat, kemudian usapkan perlahan pada area mata sampai kotoran hilang.

2. Memberikan Susu Khusus Anak Kucing
Cara merawat anak kucing yang masih kecil berikutnya adalah dengan memberikan susu yang diformulasi khusus untuk kucing. Ingat, jangan memberikan susu untuk manusia karena kandungan laktosa pada susu formula untuk manusia dapat merusak saluran pencernaan pada kucing itu sendiri. Memang untuk melakukan cara ini Anda membutuhkan modal yang tidak sedikit. Cara merawat anak kucing tanpa induk melalui pemberian susu ini cukup mudah. Anda cukup menyiapkan wadah berukuran kecil lalu letakkan susu yang telah dilarutkan air hangat di dalamnya. Biarkan anak kucing tersebut meminum perlahan sampai terasa kenyang dan tak mau lagi meminum susu.
3. Pahami Tanda Anak Kucing Lapar
Cara merawat anak kucing yang masih kecil berikutnya adalah dengan memahami pertanda bahwa anak kucing tersebut masih lapar. Apa tandanya? Ya, apabila anak kucing milik Anda terdengar suara mengeongnya yang sangat lantang berarti itu pertanda bahwa ia masih lapar. Untuk itu, Anda bisa langsung memberikannya susu untuk mengisi perutnya yang masih lapar. Jika saat diberi makan atau susu masih terus mengeong maka Anda bisa mencoba memindahkan anak kucing tersebut ke tempat lain. Hal ini menandakan bahwa ia tidak merasa nyaman untuk tidur. Maka tugas Anda memindahkannya hingga kucing tersebut tertidur pulas.
4. Memberi makanan khusus kucing
Cara merawat anak kucing yang masih kecil lainnya adalah dengan memberi makanan khusus kucing seperti Whiskas apabila kucing tersebut sudah tumbuh membesar. Anda bisa menyesuaikan pemberian makanan dengan usia kucing milik Anda.
5. Sediakan box pasir
Selain merawatnya dengan memberikan makanan untuk si meong, maka selanjutnya Anda bisa menyediakan box berisi pasir sebagai tempat membuang kotoran si kecil. Anda bisa memakai jenis pasir yang khusus untuk kucing.
semoga bermanfaat.
salam hangat..
by: chocomi
sumber : setetes info.com

Tuesday, 23 January 2018

January 23, 2018 Posted by Hesty Wahyu 1 comment
BAB  II
PEMBAHASAN
SEJARAH SASTRA INDONESIA
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Misalnya, sejarah sastra Indonesia, sejarah sastra Jawa, dan sejarah sastra Inggris. Dengan pengertian dasar itu, tampak bahwa objek sejarah sastra adalah segala peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa. Telah disinggung di depan bahwa sejarah sastra itu bisa menyangkut karya sastra, pengarang, penerbit, pengajaran, kritik, dan lain-lain
PERIODISASI SASTRA
Penulisan sejarah sastra Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara atau metode, yaitu (1)  menerapkan teori estetika resepsi atau estetika tanggapan, dan (2) menerapkan teori penyusunan rangkaian perkembangan sastra dari periode atau angkatan ke angkatan. Di samping itu, sejarah sastra Indonesia dapat juga dilakukan secara sinkronis dan diakronis. Yang sinkronis berarti penulisan sejarah sastra dalam salah satu tingkat perkembangan atau periodenya, sedangkan yang diakronis berarti penulisan sejarah dalam berbagai tingkat perkembangan, dari kelahiran hingga perkembangannya yang terakhir. Kemungkinan lain adalah penulisan sejarah sastra dari sudut perkembangan jenis-jenis sastra, baik prosa maupun puisi. Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
Angkatan Pujangga Lama
Angkatan Sastra Melayu Lama
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Pujangga Baru
Angkatan 1945
Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan 1980 - 1990-an
Angkatan Reformasi
Angkatan 2000-an
Angkatan 2010
Angkatan Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama.
Karya sastra Pujangga Lama yaitu :
Sejarah
Sejarah Melayu
Hikayat
Hikayat Abdullah
Hikayat Aceh
Hikayat Amir Hamzah, dll.
Syair
Syair Bidasari
Syair Ken Tambuhan
Syair Raja Mambang Jauhari
Syair Raja Siak
Angkatan sastra melayu lama
Sastra Melayu Lama adalah sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan. Sastra melayu lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra melayu lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di minye tujuh, Aceh. Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah.
Sastra Melayu Lama adalah termasuk bagian dari karya sastra indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat sumatera seperti "langkat, tapanuli, minangkabau dan daerah sumatera lainnya", orang tionghoa dan masyarakat indo-eropa. Ciri-ciri sastra melayu lama yaitu :
Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
Istana sentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)
Tema karangan bersifat fantastis
Karangan berbentuk tradisional
Proses perkembangannya statis.
Penggolongan sastra melayu klasik.
Berikut contoh – contoh karya sastra melayu lama:
Gurindam
Gurindam Dua Belas (Karya Raja Ali Haji)
Hikayat
Ditulis oleh Herman RN berdasarkan tuturan lisan Halimah (80-an), seorang warga Ujung Pasir, Kecamatan Kluet Selatan, Aceh Selatan.
Karmina atau pantung kilat.
Sudah gaharu cendana pula.
Sudah tahu masih bertanya pula.
Pantun
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Seloka
Sudah bertemu kasih sayang
Duduk terkurung malam siang
Hingga setapak tiada renggang
Tulang sendi habis berguncang
Syair
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Talibun
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu
Angkatan balai pustaka
Sastra Balai Pustaka adalah sastra rakyat yang berpijak pada kultur Indonesia abad 20. Hal ini dengan jelas nampak dari roman – roman Balai Pustaka dalam bahasa jawa, sunda, dan melayu tinggi. Sastra Balai Pustaka sebenarnya adalah “sastra daerah”, bukan saja dalam arti menggunakan bahasa daerah  tetapi juga menggarap tema – tema kedaerahan, bisa dilihat dari karya – karya yang lahir pada saat itu. Balai Pustaka membahas tentang istiadat dan  percintaan. Pada tingkat unsur intrinsik ; gaya bahasa yang digunakan karya – karya Balai Pustaka menggunakan perumpamaan klise, menggunakan banyak pepatah – pepatah dalam bahasanya, serta gaya percakapan sehari – hari. Alur yang dipakai adalah alur datar atau alur lurus dan akhir cerita tertutup. Tokoh – tokohnya selalu orang – orang kedaerahan atau bersifat kedaerahan, baik dalam bahasa maupun dalam masalah dengan teknik penokohan yang datar. Penyajian tokoh hanya dalam permukaannya saja tidak ada atau menggunakan masalah kejiwaan tetapi masalah seperti fisik yang dimunculkan dalam karya – karya Balai Pustaka.
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang maha tahu, bersifat Idealisme dan Romantis. Kadang banyak alur yang menyimpang dan lambat. Amanatnya bersifat didaktis atau nasihat, mendidik pembaca agar loyal pada pemerintah sebagai pegawai. Bertumpu pada kebudayaan daerah, sehingga karya- karya Balai Pustaka digemari rakyat pedesaan dan rakyat kota yang  Priyayi. Roman – roman Balai Pustaka penuh sentimentalis, penuh air mata/cengeng, yang dimaksudkan untuk meninabobokan rakyat agar menjauhkan diri dari pikiran – pikiran sosial dan politik bangsanya. Ciri – ciri karya sastra prosa Angkatan Balai Pustaka :
Menggambarkan persoalan adapt dan kawin paksa termasuk permaduan
Bersifat Kedaerahan
Tidak bercerita tentang Kolonial Belanda
Kalimat – kalimatnya panjang dan masih banyak menggunakan perbandingan – perbandingan, pepatah, dan ungkapan – ungkapan klise.
Corak lukisan adalah romantis sentimental.
Zaman keemasan Balai Pustaka sekitar tahun 1948 hingga pertengahan tahun 50-an ketika dipimpin oleh K.St. Pamoentjak dan mendominasi penerbitan buku – buku sastra dan sejumlah pengarang Indonesia bermunculan seperti H.B.Jassin, Idrus, M.Taslim, dan lain – lain. Contoh karya angkatan balai pustaka:
Merari Siregar
Azab dan Sengsara
Marah Rusli
Siti Nurbaya
Abdul Muis
Salah Asuhan (1928),
Pertemuan Jodoh (1933),
Nur Sultan Iskandar
Apa Dayaku Karena Aku Permpuan (1922),
Salah Pilih (1928),
Muhamad Kasim
Pemandangan Dalam Dunia Kanak – kanak
Suman H. S.
Kasih Tak Terlarai (novel, 1929)
Percobaan Setia (novel, 1931)
Adi Nugroho
Darah Muda (novel, 1927)
Asmara Jaya (novel, 1928)
Tulis Sutan Sati
Sengsara Membawa Nikmat (novel, 1928)
Tak Disangka (novel, 1929)
Abas Sutan Pamunjak Nan Sati
Dagang Melarat (novel, 1926)
Pertemuan (novel, 1927)
Aman Datuk Madjoinjo
Syair Si Banso Urai (1931)
Menebus Dosa (novel, 1932)
Muhammad Yamin
Tanah Air (Kumpulan Sajak, 1922)
Indonesia Tumpah Darahku (Kumpulan sajak, 1928)
Rustam Effendi
Bebasari (drama, 1926)
Percikan Permenungan (kumpulan sajak, 1926)
Yogi (Abdul Rivai)
Gubahan (kumpulan sajak, 1930)
Puspa Aneka (1931)
Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 – 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
Kelompok “Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Contoh karya pujangga baru :
Sutan Takdir Alisjahbana
Dian Tak Kunjung Padam (1932)
Tebaran Mega – kumpulan sajak (1935)
Hamka
Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939)
Armijn Pane
Belenggu (1940)
Jiwa Berjiwa
Gamelan Djiwa – kumpulan sajak (1960)
Djinak-djinak Merpati – sandiwara (1950)
Sanusi Pane
Pancaran Cinta (1926)
Puspa Mega (1927)
Tengku Amir Hamzah
Nyanyi Sunyi (1937)
Begawat Gita (1933)
Sariamin Ismail
Kalau Tak Untung (1933)
Pengaruh Keadaan (1937)
Anak Agung Pandji Tisna
Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
Sukreni Gadis Bali (1936)
I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
J.E.Tatengkeng
Rindoe Dendam (1934)
Fatimah Hasan Delais
Kehilangan Mestika (1935)
Angkatan 1945
Pengalaman hidup  dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnaikarya sastrawan angkatan 45. Pelopor puisi angkatan 45 ialah Chairil Anwar.  Sedangkan pelopor prosa angkatan 45 adalah Idrus. Menurut Ambary, pandangan penulis dalam bentuk-bentuk karangan lebih bebas dari angkatan Pujangga Baru, sedangkan dalam isi, angkatan 45 bercorak realistis. Angkatan 45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan  peperangan mempertahankan kemerdekaan  Indonesia. Adapun ciri-ciri puisi angkatan 45 adalah sebagai berikut:
Puisi  adalah puisi bebas yang tidak terikat oleh pembagian bait, baris, dan persajakan;
Gaya atau aliran yang banyak dianut adalah aliran ekspresionalisme dan realisme;
Diksinya mengemukakan pengalaman batin yang mendalam dan mengungkapkan intensitas arti. Katanya adalah bahasa sehari-hari sesuai dengan realisme;
Gaya bahasa metafora dan metafolik banyak dipergunakan. Kata-kata, frasa, dan kalimat bermata ganda menyebabkan tafsiran ganda bagi pembaca;
Gaya sajaknya prismatis, hubungan baris dan kalimat-kalimatnya bersifat implisit;
Gaya pernyataan pikiran berkembang dan hal ini kelak berkembang menjadi sloganis;
Gaya ironi dan sinisme banyak kita jumpai dalam puisi-puisi periode ini.
Contoh sastra angkatan 1945 :
Usmar Ismail
Permintaan Terakhir. (Cerita pendk)
Asokamala Dewi, (Cerita pendek)
Dr. Abu Hanifa
Taufan di atas awan. (Kumpulan sandiwara).
Dokter Rimbu, (Roman 1952).
Amal Hamzah
Teropong,
Bingkai Retak,
Chairil Anwar
Deru campur dubu. (kumpulan sajak 1043-1949)
Kerikil tajam dan yang terhempas dan terputus . (PR)
Angkatan 1950 – 1960-an
Kemunculan corak kesusastraan pada periode 1950-1960 tidak lepas keberadaannya dari polemik kebudayaan yang terjadi di Indonesia. Di tengah-tengah perang ideologi yang terjadi, muncullah lembaga kebudayaan yang mewakili setiap institusi ideologi. LKN (Lembaga Kebudayaan Nasional) mewakili PNI dengan ide kenasionalannya. Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia) mewakili partai Islam dengan ide keislaman. Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) mewakili PKI dengan ide komunisme. Selain muncul berbagai lembaga kebudayaan sebagai corong partai, media massa juga muncul sebagai sarana sosialisasi ideologi partai-partai tertentu misalnya Harian Rakyat.
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia. Contoh karya sastra angkatan 1950-1960-an :
Pramoedya Ananta Toer
Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)
Bukan Pasar Malam (1951)
Nh. Dini
Dua Dunia (1950)
Hati jang Damai (1960)
Sitor Situmorang
Dalam Sadjak (1950)
Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
Mochtar Lubis
Tak Ada Esok (1950)
Jalan Tak Ada Ujung (1952)
Marius Ramis Dayoh
Putra Budiman (1951)
Pahlawan Minahasa (1957)
Ajip Rosidi
Tahun-tahun Kematian (1955)
Ditengah Keluarga (1956)
Ali Akbar Navis
Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955)
Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963)
Angkatan 1966-1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya. Contoh karya sastra angkatan tahun 1966 – 1970-an :
Taufik Ismail
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Tirani dan Benteng
Sutardji Calzoum Bachri
Amuk
Kapak
Abdul Hadi W.M
Meditasi (1976)
Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
Angkatan 1980 – 1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum. Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini. Contoh sastra angkatan 1980 – 1990-an :
Ahmadun Yosi Herfanda
Ladang Hijau (1980)
Sajak Penari (1990)
Y.B Mangunwijaya
Burung-burung Manyar (1981)
Darman Moenir
Budi Darma
Olenka (1983)
Rafilus (1988)
Sindhunata
Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
Arswendo Atmowiloto
Canting (1986)
Hilman Hariwijaya
Lupus - 28 novel (1986-2007)
Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
Dorothea Rosa Herliany
Nyanyian Gaduh (1987)
Matahari yang Mengalir (1990)
Gustaf Rizal
Segi Empat Patah Sisi (1990)
Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
Remy Sylado
Ca Bau Kan (1999)
Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Afrizal Malna
Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
Reformasi
Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya-karya sastra,puisi,cerpen,dan novel pada saat itu. Bahkan penyair-penyair yang semula jauh dari tema - tema sosial politik,seperti Sutardji Calzoum Bachri,Ahmadun Yosi herfanda dan Acep Zamzam Noer,juga ikut meramekan suasana dengan sajak-sajak sosial politik mereka.
            Setelah wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan Karen atidak memiliki “Juru Bicara” Korrie Layun rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal tentang angkatan 2000, yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia,Jakarta tahun 2002. Seratus lebih penyair ,cerpenis,novelis,eseis dan kritikus sastra dimasukkan Korie ke dalam Angkatan 2000,termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, AhmadunYosi Herfanda dan Seno / Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan dorothea Rosa herliany. Novel paling mutakhir adalah Saman, tahun 1998-an,karya Ayu Utami. Contoh sastra reformasi :
Dewi Lestari
Supernova ; Akar
Supernova ; Petir
Habiburrahman El-Shirazy
Ayat-ayat cinta
Di atas Sajadah Cinta
Andrea Hirata
Laskar Pelangi
Sang Pemimipi
Angkatan 2000
Setelah wacana lahirnya karya sastra angkatan reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki "juru bicara", dalam hal ini bisa disebut ikon atau hal/seseorang yang menjadi pencetus maupun tokoh sentral yang mewakili ciri khas dari angkatan tersebut, Korrie Layun Rampan pada tahun 2000 melempar wacana tentang lahirnya sastrawan angkatan 2000. Ciri-ciri karya sastra tahun 2000:
Tema sosial-politik, romantik, masih mewarnai tema karya sastra;
Banyak muncul kaum perempuan;
Disebut angkatan modern;
Karya sastra lebih marak lagi, termasuk adanya sastra koran, contohnya dalam H.U. Pikiran Rakyat;
Adanya sastra bertema gender, perkelaminan, seks, feminisme;
Banyak muncul karya populer atau gampang dicerna, dipahami pembaca;
Adanya sastra religi;
Contoh sastra angkatan 2000 :
Karya dan pengarang tahun 2000
Seno Gumira Ajidarma
Atas Nama Malam
Sepotong Senja untuk Pacarku
Biola Tak Berdawan
Ahmad Fuadi
Negeri 5 Menara (2009)
Angkatan 2010
Dengan lahirnya sastrawan angkatan 2000an maka sebagai tindak lanjut perkembangan sastra di Indonesia maka pada tahun 2010 tumbuhlah sastrawan angkatan 2010 yang akan bersama dengan sastrawan angkatan 200an untuk memperjuangkan hak-hak penulis dan dari karya yang banyak berebdeli karena terkait kondisi politik dan ekonomi negara serta tindak-tindak kriminal angkatan ini di pelopori Tosa spd.diantara sastrawan angkatan 2010 antara lain sebagai berikut:
Tosa spd
lukisan jiwa (2009)
Antologi puisi
melan conis (2009)
Toni Saputra
Nurani Soyo Mukti

Universitas Djuanda
Hesty Wahyu. chocomi

Sunday, 21 January 2018

January 21, 2018 Posted by Hesty Wahyu 2 comments

BAB  II

PEMBAHASAN

A.    DEFINISI ILMU DAN KEBUDAYAAN

Kebudayaan didefinisikan untuk pertama kali oleh E.B Taylor pada tahun 1871, dimana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebisaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.[1]

1.      Ilmu dalam Budaya

Kududukan ilmu dalam dunia bersama disebut budaya. Budaya dapat dibedakan menjadi beberapa tahap. Van Peursen membagi budaya menjadi budaya mistis, budaya ontologis, dan budaya fungsional[2]. Tahapan itu merupakan suatu model, pola dasar sebagai kerangka budaya yang selalu menampilkan tiga dimensi aku yaitu mistis, ontologi, dan fungsional.

Budaya mistis ialah budaya yang lebih menonjolkan aspek mistis daripada aspek lainnya. Demikian pula budaya fungsional dan ontologis, tetapi setiap kebudayaan menggabungkan ketiga aspek tersebut dalam kombinasi dengan imbanganyang berbeda.   


S


P


Suatu budaya mistis merupakan dunia perwujudan ilmu yang mistis, ialah ilmu yang masih melebur dengan kekuatan dan ancaman kedalam lingkungan hidup. Ilmu ontologis sudah mampu mengambil jarak dari kekuatan dalam lingkungan, menyadari diri sebagai suatu keterpisahan dan dapat bersikap meneliti lingkungan. Adapun ilmu yang fungsional menyadari kaitan dengan lingkungan dan menyatakan diri lewat kaitan ini, melangsungkan fungsi dan relesasi.

a.      Budaya mistis                                                                                                            O

Dalam bagan di samping, ilmu turut serta mengambil bagian dalam kejadian sekitarnya, melebur dengan kekuatan objek, objek nyata pada lingkaran subjek yang tidak digambar penuh, subjek tidak bulat penuh, sehingga kekuatan dari luar dapat menerobosnya, belum ada pemisah yang jelas. Adapun kekuatan-kekuatan ajaib dijumpai lewat beberapa (simbol) dalam mitos. Dimensi negatif ilmu mistis mengambil wujud sikap magis, dimensi positif ialah dimensi religius.

b.      Budaya ontologis


P

S

Pada ilmu ontologis partisipasi ilmu mistis telah terdesak oleh distansi, pengambilan jarak subjek dari objek sepenuhnya, nyata dalam bagan dalam wujud dua lingkaran subjek dan objek yang terpisah secara penuh. Subjek memandang objek, membatasi, meneliti dan mengungkapkannya dalam pengertian-pengertian yang jelas. Dimensi negatif ialah apabila distansi menjadi isolasi, tejadi sikap substansialistik atau individualis.

c.       Budaya fungsional


P



S

Pada ilmu fungsional maka subjek terbuka bagi objek dan sebaliknya, nyata pada lingkaran subjek dan objek yang terbuka dan berkaitan, dalam suatu ketegangan. Subjek mengadakan pengerahan diri, suatu pertautan diri dan keterlibatan dengan segala gairah dan emosi yang disebut sikap eksistnsial. Segi negatif dalam budaya fungsional tampak dalam oprasionalisme. Sikap keterbukaan pertautan subjek-subjek tertutup lagi sehingga suatu yang semula bersifat relasi menjadi semcam rumus atau denah saja.

1)      Tahap Teoligis, atau tahap yang berdasarkan fantasi

Dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu animisme, piliteisme, dan monoteisme. Dalam tahap animisme orang beranggapan bahwa benda-benda merupakan suatu yang berjiwa. Banyak benda tersebut ‘suci’ atau ‘sakti’. Gejala-gejala ‘suci’ dapat disebut ‘dewa-dewa’ dan dewa-dewa ini bisa diatur dalam suatu sistem sehingga menjadi politeisme dengan spesialisai dewa api, dewa lautan, dewa angin, dewa panen, dan sebgainya. Politeisme yang muncul dengan cara ini masih dapat dikembangkan sehingga satu keilahan, lalu muncullah monoteisme

2)      Tahap metafisis atau tahap yang abstrak

Dalam tahap ini, dewa-dewa hanya diganti oleh kekuatan-kekuatan abstrak. Terjemahan metafisis dari monoteis itu misalnya terdapat dalam pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat disimpulkan dalam konsep ‘alam’ sebagai asal semua gejala.

3)      Tahap Ilmiah atau positif

Kalau manusia mengerti bahwa tidak berguna untuk mencari pengetahuan mutlak (baik teologis maupun metafisis), kalau ia tidak lagi mencari asal dan tujuan segala sesuatu, hakikat benda-benda maka ia memasuki tahap positif. Ia mulai menemukan hukum alam hanya dengan mengamati alam dan menggunakan akal budi.[3]



B.     ILMU DAN PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL

Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan disini merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup dan sarana  bagi manusia dalam kehidupannya. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantungan dan saling mempengaruhi. Dalam pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunyai peranan ganda. Pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa. Pengkajian kebudayaan nasional kita tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu. Untuk itu maka pengkajian kita akan difokuskan pada usaha untuk meningkatkan ilmu sebagai sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan nasional.

1.      Tema dan Tinjauan Umum Filsafat  Ilmu

Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri – ciri pengetahuan ilmiah dan cara – cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain, Filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan. Karena, apabila para penyelenggara pelbagai ilmu melakukan penyelidikan terhadap obyek – obyek serta masalah – masalah yang berjenis khusus dari masing – masing ilmu itu tersendiri, maka orang pun dapat melaakukan penyelidikan lanjutan terhhadap kegiatan – kegiatan ilmiah itu tersebut. Dengan mengalihkan perhatian perhatian dari obyek – obyek yang sebenarnya dari penyelidikan ilmiah kepada proses penyelidikannya senidiri, maka muncullah suatu matra baru. Segi – segi yang menonjol serta latar belakang segenap kegiatan menjadi tampak. Berangkat dari sini, menjadi jelas pula saling hubungan antara obyek – obyek dengan metode – metode, antara masalah – masalah yang hendak di pecahkan dengan tujuan penyeledikian ilmiah, antara pendekatan secara ilmiah dengan pengolahan bahan – bahan secara ilmiah. Dan memang filsafat ilmu merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan ( =secondary reflexion)[4].

2.      Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir

Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut pada hakikatnya mencangkup dua kriteria utama yakni :

1.      Berpikir ilmiah harus mempunyai alur jalan pikiran yang logis dan,

2.      Persyaratan yang bersifat logis tersebut harus didukung oleh fakta empiris.

Kebenaran ilmiah ini tidaklah bersifat mutlak sebab mungkin saja penyataan yang sekarang logis, kemudian akan bertentangan dengan pengetahuan ilmiah baru atau pertanyaan yang sekaran didukung oleh fakta ternyata kemudian ditentang oleh penemuan baru. Kebenaran ilmiah terbuka bagi koneksi dan penyempurnaan. Dari hakikat berpikir tersebut maka kita dapat menyimpulkan beberapa karakteristik dari ilmu.

1.      mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Walaupun demikian maka berpikir secara rasional ini pun harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar sampai kepada kesimpulan yang dapat diandalkan.

2.      alur jalan yang logis dan konsisten dengan pengetahuan yang telah ada. Walaupun demikian maka tidak semua yang logis itu didukung fakta atau mengandung kebenaran secara empiris.

3.      Pengujian sebagai kriteria kebenaran objektif. Pernyataan yang dijabarkan secara logis dan telah teruji secara empiris lalu dianggap benar secara ilmiah. Walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa penyataan yang sekarang benar secara ilmiah kemudian lalu tidak sahih lagi.

4.      Mekanisme yang terbuka terhadap koneksi.

Dengan demikian maka manfaat nilai yang dapat ditarik dari karakteristik ilmu ialah sifat rasional, objektif, logis, dan terbuka. Disamping itu, sifat kritis merupakan karakteristik yang melandasi keempat sifat tersebut.

3.      Ilmu Sebagai Asas Moral

Ilmu merupakan kegiatan berpikir untuk mendapatkan pegetahuan yang benar, atau secara lebih sederhana, ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Disamping itu kebenaran bagi kaum ilmuan mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan yang universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya. Secara nasional maka ilmuwan tidak mengabdi golongan, klik pilitik atau kelompok-kelompok lainnya. Secara internasional kaum ilmuwan tidak mengabdi ras, ideologi dan faktor-faktor pembatas lainnya.

Dua karakterisik ini merupakan asas moral bagi kaum ilmuwan yakni meninggikan kebnaran dan pengabdian secara universal[5]. Tentu saja dalam kenyataannya pelaksanaan asas moral ini tidak mudah sebab sejak tahap perkembangan ilmu yang sangat awal kegiatan ilmiah ini dipengaruhi oleh struktur kekuasaan dari luar. Hal ini, menurut Bachtiar Rifai, lebih menonjol lagi dinegara-negara yang sedang berkembang, karena sebagian besar kegiatan keilmuan merupakan kegiatan aparatur negara.

4.      Nilai—Nilai Ilmiah Dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Dalam pembentukan karakter bangsa, sekiranya bangsa Indonesia bertujuan menjadi bangsa yang modern. Bangsa yang modern akan menghadapi berbagai permasalahan dalam bidang politik, ekonomi, kemasyarakatan, ilmu/teknologi, pendidikan dan lain-lain yang membutuhkan cara pemecahan masalah secara kritis, rasional, logis, objektif, dan terbuka. Sedangkan sifat menjunjung kebenaran dan pengabdian universal akan merupakan faktor yang penting dalam pembinaan bangsa (nation building) dimana seseorang lebih melibatkan kebenaran untuk kepentingan nasional dibandingkan kepentingan golongan.

Pengembangan  kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional ke arah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan aspirasi dan tujuan nasional. Proses pengambangan kebudayaan ini pada dasarnya adalah penafsiran kembali dari nilai-nilai baru yang fungsional.

5.      Kearah Peningkatan Peranan Keilmuan

Sekiranya bisa diterima bahwa ilmu bersifat mendukung pengembangan kebudayaan nasional, maka masalahnya adalah, bagaimana caranya menigkatkan peranan keilmuan dalam kehidupan kita.

a.       ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah kearah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat kita.

b.      ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran. Asas ini harus digaris bawahi agar usaha mempromosikan ilmu tidak menjurus kepada “kecanduan terhadap ilmu dengan kecenderungan untuk membagi semua pemikiran kepada dua golongan yakni ilmu dan omong kosong” menurut Gerald Halton[6].

c.       Asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.

d.      Pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral. Makin pandai seseorang dalam bidang keilmuan maka harus makin luhur landasan moralnya.

e.       Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan. Pengembangan yang seimbang antara ilmu dan filsafat akan bersifat saling menunjang dan saling mengontrol terutama terhadap landasan epistemologi (metode) dan aksiologis (nilai) keilmuan.

f.        Kegiatan ilmiah haruslah bersifat otonom yang terbebas dari kekangan struktur kekuasaan. Pengendalian kegiatan keilmuan seperti yang pernah dilakukan pemerintah Nazi dengan menyensor semua disertasi doktor[7].



C.    HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU

Menurut pandangan kaum filosof sekarang, kerterkaitan filsafat dan ilmu terbagi dua, yaitu:

1.      Hubungan erat antara keduanya. Perkembangan ilmu harus bersama-sama dengan filsafat, bahkan ada yang menyamakan filsafat dengan ilmu

2.      Filsafat tidak terkait dengan ilmu. Ia otonom dan tidak mau diperalat oleh ilmu.

Pandangan pertama dianut disunia Universitas Eropa umumnya, semenjak lahir abad ke-19[8]. Pandangan yang kedua menganggap bahwa filsafat itu otonom. Dengan demikian tidak ada hubungan antara filsafat dan ilmu, bahkan keduanya itu saling tantang. Kecenderungan ilmiah itu dalam kurun ini berpusat di Eropa Barat dengan alirannya-alirannya yang penting fenomenologi, personalisme, neo-Hegelianisme.

D.    HUBUNGAN ILMU DENGAN KEBUDAYAAN

Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahun merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan disini merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Pengambangan kebudayaan nasional merupakan bagian kegiatan dari suatu bangsa, baik disari atau tidak maupun dinyatakan secara eksplisit atau tidak.

Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada suatu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dilain pihak, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan struktur sosial dan tradisi kebudayaan, mereka saling mendukung satu sama lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembangkan secara pesat, demikian sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapannya.

Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunya peranan ganda.

a)      Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebbudayaan nasional.

b)      Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.

Pada kenyataanya kedua fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian pengembangan kebudayaan nasional kita tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu. Dalam kurung dewasa ini yang terkenal sebagai kurun ilmu teknologi, kebudayaan kitapun tak lepas dari pengaruhya, dan mau tidak mau harus ikut memperhitungkan faktor ini. Sayangnya yang lebih dominan pengaruhnya terhadap kehidupan kita adalah teknologi yang merupakan produk dari kegiatan ilmiah. Sedangkan hakikat keilmuan itu sendiri yang merupakan sumber nilai yang konstruktif bagi pengembangan kebudayaan nasional pengaruhnya dapat dikatakan minimal sekali.

Ada pemahaman yang memisahkan ilmu dan kebudayaan baik secara konseptual maupun faktual, tidak dapat diterima lagi. Ilmu merupakan komponen penting dari kebudayaan. Bahkan kecenderungan akhir abad ini semakin member tempat bagi dominasi ilmu dalam menciptakan universum-universum simbolok atau dunia kemasukakalan. Tidak perlu disangkal bahwa memang timbul segala marginalisasi unsure-unsur pengetahuan non ilmiah sebagai unsure pengetahuan yang berada diluat objektivitas.

Sebagaimana watak yang sudah melekat pada kebudayaan manusia scientism pada akhirnya dapat reaksi paling tidak dengan munculnya reorientasi atau pengembangan orientasi baru bagi pengembangan ilmu baru. Gejala yang tampak semakin luas adalah mulai ditinggalkannya ideologi ilmu untuk ilmu atau ilmu bebas nilai. Ideoloi yang sedemikian jelas mengingkari hubungan dialektis antara ilmu sebagai unsur sistem kebudayaan dengan unsur sistem kebudayaan yang lain, baik itu religi, struktur sosial kepentingan politis maupun subjektifitas manusia itu sendiri. Persoalan yang kemudian menuntut pemikiran bersama lebih lanjut adalah strategi pengembangan ilmu yang sungguh-sungguh mempertimbangkan unsur-unsur sistem kebudayaan yang lain secara integral dan integratif. Kesalahan pemilihan strategi pembelajaran ilmu akan mempunyai akibat langsung bagi integrasi kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan. Setiap kebudayaan memiliki hierarki nilai yang berbeda sebagai dasar penentuan skala prioritas. Ada sistem kebudayaan yang menentukan nilai teori dengan mendudukan rasiolisme, empirisme, dan metode ilmiah sebagai dasar penentu dunia objektif. Terdapat pula sistem kebudayaan yang menempatkan nilai ekonomi sebagai acua dasar dari seluruh dinamika unsur kebudayaan yang lain. Ada juga sistem kebudayaan yang meletakkan nilai positif sebagai dasar pengendali unsur-unsur kebudayaan yang lain, selain ada sistem kebudayaan yang menempatkan nilai religius, nilai estetis, nilai sosial sebagai dasar dasn orientasi seluruh kebudayaan setiap pilihan orientsi nilai dari kebudayaan akan memiliki konsekuensi masing-masing, baik pada taraf ideasional maupun operasional.

Untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan pada pokoknya mengandung beberapa pikiran.

a)         Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah kearah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat kita.

b)        Ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran. Disamping ilmu masih terdapat cara-cara lain yang sah sesuai lingkungan dan permasalahannya masing-masing.

c)         Asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.

d)        Pendidikan ilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral.

e)         Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.

f)         Kegiatan ilmiah harus bersifat otonomi yang terbatas dari tekanan struktur kekuasaan.
Pada hakikatnya semua unsur kebudayaan harus diberi otonomi dalam menciptakan paradigma mereka sendiri. Terlalu banyak campur tangan dari luar hanya menimbulkan paradigma mereka semua yang tidak ada gunanya. Paradigma agar bias berkembang dengan baik membutuhkan dua syarat yakni kondisi rasionalitas dan kondisi psikososial kelompok. Kondisi rasionalitas menyangkut dasar pikiran paradigma yang berkaitan dengan makna, hakikat dan relevansinya dengan keterlibatan semua anggota



Semoga bermanfaat.
Universitas Djuanda

Blogroll

About

About

Cat Paw